Rabu, 17 Oktober 2012

10 Amal Jariyah

"Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang berdoa kepadanya.'' (HR. Muslim).

Hadits di atas menjelaskan amal perbuatan seorang Muslim akan terputus ketika ia meninggal dunia, sehingga ia tidak bisa lagi mendapatkan pahala. Namun, ada tiga hal yang pahalanya terus mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia, yaitu sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan doa anak sholeh.

Dalam riwayat Ibn Majah, Rasulullah SAW menambahkan tiga amal di atas, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya amal dan kebaikan yang terus mengiringi seseorang ketika meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat, anak yang dididik agar menjadi orang shaleh, mewakafkan Al-Qur'an, membangun masjid, membangun tempat penginapan bagi para musafir, membuat irigasi, dan bersedekah.'' (HR. Ibn Majah).

Menurut Imam al-Suyuti (911 H), bila semua hadis mengenai amal yang pahalanya terus mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia dikumpulkan, semuanya berjumlah 10 amal.

Yaitu ilmu yang bermanfaat, doa anak shaleh, sedekah jariyah (wakaf), menanam pohon kurma atau pohon-pohon yang buahnya bisa dimanfaatkan, mewakafkan buku, kitab atau Al-Qur'an, berjuang dan membela Tanah Air, membuat sumur, membuat irigasi, membangun tempat penginapan bagi para musafir, membangun tempat ibadah dan belajar.

Kesepuluh hal di atas menjadi amal yang pahalanya terus mengalir, karena orang yang masih hidup akan terus mengambil manfaat dari ke-10 hal tersebut. Manfaat yang dirasakan orang yang masih hidup inilah yang menyebabkannya terus mendapatkan pahala walau ia sudah meninggal dunia.

Dari pemaparan di atas, sudah seharusnya kita berusaha mengamalkan 10 hal tersebut atau paling tidak mengamalkan salah satunya, agar kita mendapatkan tambahan pahala di akhirat kelak, sehingga timbangan amal kebaikan kita lebih berat dari pada timbangan amal buruk.

Allah SWT berfirman, ''Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.'' (QS. Al-A'raf [7]: 8).

Amal dan Dosa Jariyah

Kalau kita berbicara tentang amal jariyah, tentu secara tidak sadar kita akan langsung conect dengan hadist yang terjemahannya “Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.” (HR. Muslim).

Namun kita juga tidak boleh lupa dengan amal jariyah yang lain, ingat, amal jariyah itu maknanya bukan hanya amal yang sholeh, karena amal itu ada dua, amal shalih dan amal salah. amal yang salah pun bisa menjadi dosa jariyah!

Banyak orang berpikir bahwa setelah kematiannya, dosa-dosanya pun akan terhenti putarannya. Dia berpikir bahwa dosa-dosanya tidak akan berkembang lagi setelah dia meninggal dunia. Padahal, selain amal jariyah (pahala yang terus-menerus), ada juga dosa jariyah, yakni berjalannya segala dosa, kendati telah berkubang tanah.

“Barangsiapa yang menyeru orang lain pada kesesatan (tradisi buruk), maka dia akan menanggung dosa sebagaimana dosa yang dilakukan oleh orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim).

Saya terkadang merasa kasian dan tidak habis fikir kepada orang-orang yang mencela guru kami, inspirator kami yakni al-Imam al-’Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dan hizbut tahrir yang juga di tuduh bermacam-macam.

Seseorang yang mengisi ceramah di khalayak ramai kemudian memfitnah dengan mengatakan bahwa hizbut tahrir membolehkan mencium wanita yang bukan mahramnya, menuduh menyebarkan berita bahwa hizbut tahrir tidak mengakui adanya siksa kubur, menolak adanya rukun iman yang ke enam yakni qadha-qadar, tidak wajib sholat sebelum ada khilafah, tidak wajib jihad sebelum ada khilafah serta tuduhan-tuduhan keji lainnya yang dinisbatkan kepada al-Imam al-’Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani ataupun kepada hizbut tahrir.

Bayangkan, bagaimana jika yang meyampaikan kabar berita tersebut sudah wafat dan beliau belum sempat mengklarifikasi, kemudian orang-orang yang mendengarkan beliau percaya dan turut menyebarkannya.

Atau bagaimana dengan orang yang pertama kali menulis artikel-artikel dengan tuduhan yang sama? yang mana tulisan-tulisan tersebut masih dapat kita temui di beberapa swebsite atau blog, kemudian penulis tersebut wafat, dan tulisan tersebut sudah di share kan mana-mana.

Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin menyatakan, “Sungguh beruntung orang yang meninggal dunia, maka putuslah dosa-dosanya. Dan sungguh celaka seseorang yang meninggal dunia, tetapi dia meninggalkan dosa yang ganjaran kejahatan terus berjalan tiada hentinya.” Alangkah bahagianya mereka yang memiliki amal jariyah dan alangkah sengsaranya seseorang yang menanam dosa jariyah. Wallahu A’lam.

7 Amal Jariyah

Yazid Raqqasyi menuturkan, ada tujuh amal jariyah yang dapat mengucurkan pahala secara terus-menerus. Di antaranya :

1. Membangun masjid, sepanjang dipergunakan shalat.
2. Membuat saluran air minum, selama diminum masyarakat.
3. Menulis atau mencetak mush-haf (Al-Qur’an) selama dibaca.
4. Menggali sumur, selama digunakan masyarakat.
5. Menanam pohon, selama hasilnya dapat dinikmati orang lain at
au hewan.
6. Mengajarkan ilmu yang bermanfaat, selama ilmu itu diamalkan.
7. Meninggalkan anak yang sholeh, selama dia mendoakan kepada kedua orang tuanya. Karenanya, apabila mempunyai anak, didiklah dengan ilmu yang bermanfaat, ajarkan membaca Al-Qur'an. Selama anak tersebut membaca Al-Qur'an dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya, selama itu pula orang tuanya memperoleh pahalanya. Sebaliknya, jika anak dibiarkan atau tidak dibekali dengan ilmu sehingga melakukan kejahatan karena kebodohannya, maka orang tuanya juga mendapat bagian dosa dari perbuatan anaknya.